BANJARMASIN, teladankalimantan.com-Provinsi Kalimantan Selatan akan segera meluncurkan Program Blue Carbon di Kalsel.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan Hanifah Dwi Nirwana mengatakan, pelaksanaan Program Blue Carbon di Kalsel sekitar bulan Juni tahun ini, dan program tersebut bertujuan mengurangi emisi karbon.
Pihaknya juga akan menanam mangrove untuk mendukung program ini berjalan dengan lancer.
Hanifah menuturkan, sebelum menanam mangrove di kawasan tersebut, pihaknya terlebih dahulu melakukan bimbingan agar masyarakat setempat dapat memelihara mangrove dengan baik. “Aksi tersebut akan dilaksanakan dalam jangka waktu Panjang,” katanya di Banjarbaru, Rabu (26/4).
Pihaknya juga merangkul instansi swasta untuk memberikan dukungan berupa anggaran karena menurutnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kalimantan Selatan yang dianggarkan saat ini tidak mampu mengakomodasi secara maksimal.
Hanifah menyampaikan, program Blue Carbon akan segera terealisasi karena sudah mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Apa itu Blue Carbon?
Dilansir dari Tempo.co, blue carbon atau karbon biru itu sendiri merupakan karbon yang ditangkap dan disimpan di samudra dan ekosistem pesisir, termasuk karbon pantai yang tersimpan di lahan basah pasang surut, seperti hutan yang dipengaruhi pasang surut, bakau, rawa pasang surut dan padang lamun, di dalam tanah, biomassa hidup dan sumber karbon biomassa yang tidak hidup.
Seperti dengan namanya, karbon ini memiliki warna biru. Blue carbon dianggap penting karena secara ekosistemnya merupakan penyerap karbon yang efektif. Blue carbon ini dapat memainkan peran utama dalam memenuhi target nasional dan global tentang perubahan iklim.
Ditemukan fakta bahwa ekosistem pesisir juga merupakan penyerap gas rumah kaca. Ekosistem pesisir diyakini mampu menyerap dan menyimpan karbon dengan seratus kali lebih banyak dan lebih permanen dibandingkan dengan hutan di daratan. Karbon yang diserap oleh ekosistem pesisir tidak kalah besar dibandingkan hutan.
Berbeda dengan ekosistem daratan yang cenderung tidak bertambah pada saat tertentu, ekosistem pesisir mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam sedimen secara terus-menerus dalam kurun waktu yang lama.
Sekitar 50-99 persen karbon yang diserap oleh ekosistem pantai disimpan dalam tanah di kedalaman 6 meter di bawah permukaan tanah. Karbon yang tersimpan ini dapat tersimpan sampai ribuan tahun. Karena potensi yang besar inilah ekosistem pesisir bisa berperan banyak sebagai solusi adaptasi dan mitigas dampak perubahan iklim.
Selain manfaat penyimpanan karbonnya, ekosistem blue carbon juga menyediakan lapangan kerja dan pendapatan bagi ekonomi lokal, meningkatkan kualitas air, mendukung perikanan yang sehat, dan memberikan perlindungan pesisir.
Mangrove bertindak sebagai penghalang alami dengan menstabilkan garis pantai dan mengurangi energi gelombang untuk mengurangi risiko banjir bagi masyarakat pesisir dari gelombang badai dan kenaikan permukaan laut.
Adapun sejumlah langkah yang bisa kita lakukan dalam menjaga ekosistem blue carbon ini, di antaranya, mengurangi pemakaian limbah cair, tidak sembarang memancing hewan laut, menjaga kelestarian habitat laut, membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastic, menjaga aset pesisir saat berwisata, melakukan penanaman mangrove, dan menjaga dan merawat pesisir serta lautan
Manfaat yang bisa diperoleh apabila kita menjaga ekosistem blue carbon adalah dapat menanggulangi perubahan iklim, dijadikan sebagai habitat dari keanekaragaman biota laut seperti udang, ikan, kepiting, dan lain sebagainya. (red/ist)

































