BANJARMASIN,teladankalimantan.com-
Pohon Rumbia memiliki nama ilmiahnya Metroxylon sagu banyak tumbuh di beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sepintas keberadaannya tidak memiliki manfaat dan sumber ekonomi, namun dengan kreativitas warga tumbuhan tersebut memberikan dampak positif bagi ekonomi keluarga hingga menciptakan lapangan kerja baru.
Karena dari pengolahan Pohon Rumbia tersebut bisa dijadikan energi pangan, khususnya makanan ternak dan tepung sagu sebagai bahan pembuat kue maupun makan pokok.
Hasil produksi Pohon Rumbia Kalsel tersebut tidak saja dijual di wilayah Kalsel saja, namun sudah dipasarkan ke beberapa wilayah Kalimantan hingga Papua.
Seperti halnya dilakukan Bahrudin, warga RT09 Desa Sungai Lumbah, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala (Batola) mengungkapkan, produksi tepung sagu dari bahan Pohon Rumbia miliknya tidak saja memenuhi kebutuhan di wilayah Batola dan daerah lain di Kalsel, namun sudah dikirim ke beberapa wilayah Kalimantan hingga Papua.
“Usaha ini baru saya jalani selama enam bulan. Namun permintaan sagu cukup banyak, terutama dari Provinsi Papua,” ujar Bahrudin, ketika ditemui, Senin (15/07/2024) sore.
Bahrudin mengungkapkan, pengiriman sagu ke Provinsi Papua tiga bulan sekali dengan jumlah 100 ton.
”Untuk harga satu ton sagu dijual Rp2,5 juta,” ucapnya.
Diungkapkannya, dalam satu minggu produk sagu miliknya hanya mampu memproduksi 3,5 ton.
“Dalam satu bulannya diperkirakan mampu memproduksi 15 ton sagu,” terangnya.
Untuk mencukupi 100 ton pengiriman sagu ke Provinsi Papua, jelas dia, masih menambah dengan produksi sagu lainnya di wilayah Kalsel.
Dari usaha produksi pengolahan sagu milik tersebut, ungkapnya, mampu merekrut empat orang karyawan di desa tersebut.
Dan dari hasil usaha tersebut, tambahnya, ada dapat keuntungan setelah dipotong dengan biaya operasional.
“Syukur Alhamdullilah ada saja keuntungannya untuk mencukupi kebutuhan hidup,” tandasnya.
Kemudian, tambahnya lagi, untuk mendapatkan bahan baku tidak sulit karena banyak terdapat di wilayah Batola.
Sementara, Amran, salah satu karyawan mengaku, bersyukur bekerja di pabrik pengolahan sagu milik Bahrudin mendapatkan upah cukup lumayan.
” Bekerja satu hari paling tidak saya mendapatkan upah Rp100 ribu ditambah dapat satu kali makan,” ungkapnya.
Dia juga bersyukur, dari kegiatan usaha produksi sagu milik Bahrudin mampu merekrut tenaga kerja di desa mereka.
“Kami tidak jauh-jauh lagi bekerja keluar desa. Di sini saja cukup dan lebih dekat dengan tempat tinggal,” tandasnya.

Sementara itu, Arbani, warga Jalan Pahlawan Desa Handil Malintang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar Pohon Rumbia dimanfaatkannya sebagai pembuatan pakan ternak, sudah digelutinya satu tahun lalu.
Dari hasil usaha tersebut, ungkap dia, dapat mencukupi biaya keluarganya dan membawa satu orang tenaga kerja.
Untuk harga pakan ternak tersebut, jelasnya, dijual seharga Rp10.000 per blek.
“Sebelum kita jual dalam bentuk serbuk, pohon rumbia sudah dipotong-potong terlebih dulu kita pabrik agar mendapatkan serbuk,” terangnya, saat ditemui, Senin (11/03/2024) sore.
Setelah didapatkan serbuknya, ungkap dia, dilakukan penjemuran agar serbuk tersebut kering.
“Tapi bisa juga tidak kita jemur, khusus untuk makanan ternak itik,” tandasnya.
Selain dalam bentuk serbuk, papar dia, pihaknya juga menjual batang rumbia dalam bentuk potongan batangan seharga Rp 65 ribu per potong.
Lebih lanjut dia mengemukakan, pembeli datang ke tempat tidak saja dari daerah sekitar, namun ada datang dari Sungai Lulut, Banjarmasin dan Banjarbaru.
Sedangkan bahan atau pohon rumbia, sambung dia, diperolehnya dari beberapa daerah di Kalsel dan Kalteng.
“Untuk rata-rata penghasilan dari berjualan serbuk dan batangan rumbia, saya per bulan mendapat pendapatan bersih kurang lebih Rp2 juta,” demikian tutupnya.(arianto)
