BANJARBARU, teladankalimantan.com-Dalam dua hari terakhir, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan mulai menyelimuti wilayah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Dampak dari kabut asap tersebut, membuat jarak pandang di ruas Jalan Trans-Kalimantan sangat terbatas dan kualitas udara juga berada dalam ambang batas sangat tidak sehat.
Dilansir dari kompas, Ketua RT 002 RW 001 Kelurahan Landasan Ulin Selatan, Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Hendra menuturkan, daerah Landasan Ulin Selatan dan sekitarnya sudah dua hari diselimuti kabut asap akibat kebakaran lahan. Kabut asap menyergap warga setempat pada Sabtu dan Minggu (24-25/6) dini hari.
”Kabut asap mulai datang tengah malam dan bertambah pekat saat dini hari, kemudian berangsur-angsur hilang pada pagi hari,” katanya di Banjarbaru, Minggu (25/6/2023).
Menurut Hendra, kabut asap tidak hanya membuat warga merasa tidak nyaman, tetapi juga cukup mengganggu arus lalu lintas kendaraan di Jalan Trans-Kalimantan, terutama di daerah perbatasan antara Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut. ”Saat daerah kami dan sekitarnya diselimuti kabut asap pekat, jarak pandang hanya 1 meter,” ujarnya.
Karena kabut asap bisa membahayakan para pengguna jalan yang melintas, Hendra bersama para sukarelawan yang tergabung dalam Pengayuan Rescue pun turun untuk mengatur lalu lintas di Jalan Trans-Kalimantan dan membagikan masker kepada warga yang melintas.
”Kami sempat membantu seorang warga yang mengalami sesak napas saat melewati daerah kami pada Minggu dini hari. Orang itu dibawa ke posko (Pengayuan Rescue) dan dibantu dengan oksigen dari tabung oksigen portabel,” tuturnya.
Hendra menyebutkan, kabut asap melanda daerahnya karena ada beberapa kejadian kebakaran lahan di Landasan Ulin Selatan dan sekitarnya. Lahan yang terbakar di daerah tersebut umumnya adalah lahan gambut. ”Ada cukup banyak titik api. Sebagian tidak bisa dipadamkan karena lokasinya sulit dijangkau,” katanya.
Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel Ricky Ferdiyanto dalam laporan kejadian bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalsel, menyebutkan, sampai denganSabtu (24/6/2023), ada 70 kejadian kebakaran lahan dan enam kejadian kebakaran hutan di Kalsel. Total luas lahan dan hutan yang terbakar mencapai 163,15 hektar.Sementara itu, jumlah titik panas (hotspot) mencapai 2.168 titik.
Uli Mahanani, anggota Staf Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin menyampaikan, berdasarkan pantauan kualitas udara di wilayah Banjarbaru, tercatat nilai konsentrasi Partikulat (PM2.5) berada dalam ambang batas sangat tidak sehat, yaitu 150,5 sampai 250,4 mikrogram per meter kubik. Kondisi itu terjadi pada Minggu (25/6/2023) dini hari hingga pagi.
”Nilai konsentrasi PM2.5 mulai meningkat pada pukul 04.00 Wita dengan puncaknya terjadi pada pukul 05.00 sampai 06.00 Wita, lalu mulai berkurang pada pukul 07.00 Wita. Hal ini terjadi akibat adanya kabut asap, yang merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan di sekitar Kecamatan Liang Anggang, Banjarbaru,” katanya.
Berdasarkan pantauan terhadap titik panas pada Sabtu (24/6/2023), ungkap Uli, terdapat 59 lokasi hotspot di Kalsel dengan tingkat kepercayaan bervariasi, mulai dari sedang hingga
Pada Sabtu (24/6/2023), ungkap Uli, terdapat 59 lokasi hotspot di Kalsel dengan tingkat kepercayaan bervariasi, mulai dari sedang hingga tinggi.
Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan berkoordinasi di posko induk penanggulangan bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kota Banjarbaru, Jumat (2/6/2023). Para personel BPBD beserta peralatannya harus selalu siap setelah Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menetapkan status siaga darurat karhutla dan kekeringan di Kalsel terhitung mulai 22 Mei hingga 15 November 2023.
”Untuk seminggu ke depan berdasarkan data tingkat kemudahan terbakar di lapisan permukaan, wilayah Kalsel masih berpotensi memiliki tingkat yang sangat mudah terbakar,” katanya.
Uli pun mengimbau agar masyarakat menggunakan masker saat kabut asap, mengurangi aktivitas membakar sampah ataupun membuka lahan, menghindari membuang puntung rokok di wilayah yang memiliki tingkat kerawanan terbakar tinggi untuk mencegah terbentuknya titik panas, serta lebih berhati-hati berkendara saat jarak pandang terbatas. (ist)





































