Teladankalimantan.com–Berkunjung ke Desa Pulau Sugara di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan tak salah jika berziarah ke makam Datu Gusti Aminin, salah satu pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Kalimantan Selatan.
Tak hanya berjuang melawan penjajah, Datu Gusti Aminin juga dikenal masyarakat di Batola dan Kalsel tokoh yang menyiarkan Islam, sehingga tak heran makamnya banyak diziarahi oleh warga.
“Banyak yang berziarah ke makam beliau bukan hanya dari Marabahan melainkan juga dari Banjarmasin dan daerah sekitarnya,” kata H Kadir tetua masyarakat setempat, Kamis (23/2).
Menurut H Kadir, Datu Aminin meninggal dan dimakamkan di Desa Berangas. Namun sekitar tahun 1977, makam Datu Aminin dipindah ke Desa Pulau Sugara oleh cucunya yang bernama Muhammad Yusuf.
Makam Datu Gusti Aminin terletak di Pulau Sugara memasuki sebuah gang yang tembus ke Kantor Desa Pulau Sugara. Makam ini persis berada di depan Madrasah Ibtidaiyah Almanar. Kubah makam dibangun secara permanen dengan dinding berwarna hijau dan atap berwarna biru di atasnya terdapat Asma Allah.
Sementara di dalam kubah, makam Datu Gusti Aminin ditutupi oleh kain berwarna putih, kuning dan hijau. Di samping makam terdapat sebuah makam lain. Persis di depan makam ada karpet yang digunakan oleh para pengunjung untuk beriziarah.
Mengutip buku ‘Sejarah Perjuangan Rakyat Barito Kuala’ yang ditulis Maskuni dan kawan-kawan, diceritakan Gusti Datu Aminin adalah putra Suyanapati bin Diwangsa. Tidak diketahui secara pasti kapan dia dilahirkan.
Namun jika dihitung dari tahun wafatnya sekitar tahan 1745 dalam usia tidak kurang dari 100 tahan. Kalau perkiraan itu tidak meleset, berarti dia lahir sekitar tahun 1645.
Sejak kecil Aminin didik orang tuanya untuk taat beragama. Sehingga tidak mengherankan dia tumbuh menjadi remaja yang suka menolong. Sangat perhatian kepada penderita rakyat kecil dan sangat anti melihat perlakuan penjajah Belanda yang memeras keringat dan menyiksa rakyat.
Rasa anti penjajah itulah yang mendorong dia melawan penjajah. Bersama Datu Khayyan dan Datu Kapitan, Datu Aminin memimpin masyarakat Pulau Alalak Berangas menyerang kapal musuh.
Peperangan pecah menjelang pertengahan abad XVIII di muara Mantuil. Melihat perlengkapan senjata musuh, sangat lengkap, Datu Aminin memerintahkan agar seluruh pasukan mundur. Namun Datu Kapitan bersama anak buahnya, terus maju menyerang ke dalam kapal. Tidak lama, Datu Kapitan gugur bersimbah darah.
Melihat peristiwa yang mengenaskan itu, Datu Aminin kembali mengamuk. Banyak anak buah kapal yang roboh tersungkur terkena ayunan mandau. Meskipun tembakan terus menghujani dia, tidak terluka sedikitpun. Sebaliknya, setiap kali mandau diayunkan, selalu meminta korban.
Tidak lama setelah pertempuran itu, Gusti Datu Aminin jatuh sakit. Rupanya bekas tembakan dalam pertempuran itu membuat hancur di dalam tubuh. Namun tidak ada peluru yang berhasil menembus tubuhnya.
Untuk menuju makam datu Gusti Aminin di perbatasan Banjarmasin dan Barito Kuala, jarak tempuh menuju Sugara tak sampai setengah jam. Turun dari Jembatan Sungai Alalak langsung belok kiri.
Ada tiga pulau kecil di wilayah perbatasan ini. Pulau Alalak, Sugara, dan Suwangi. Ketiga pulau ini dulu tersohor dengan kerajinan pembuatan kapal, jukung dan kelotok.
Juru penjaganya adalah Gusti Anang Ilmi, keturunan keempat Datu Aminin. Kakeknya bernama Gusti Yusuf dan ayahnya Gusti Dahamsyah. (red)